Pages

Thursday, January 3, 2013

Komplikasi Alkoholik yang Tidak Dapat Dihindari

Banyak komplikasi dari orang yang suka minum alkohol.
Alkohol bisa berefek pada semua sistem organ.
Alkoholik meningkatkan resiko sirosis, perdarahan gastrointestinal, pankreatitis, kardiomiopati, trauma, gangguan jiwa, dan sebagian besar kanker.
Komplikasinya bisa jangka pendek dan jangka panjang, dan kebanyakan alkoholik kurang mengetahui soal bahaya alkohol.


Keganasan memang sering terjadi pada alkoholik.
Gambar di bawah ini gambar adalah CT scan dari adenokarsinoma pankreas yang dikelilingi arteri mesenterik superior.


Alkohol juga merupakan penyebab tersering kedua dari sirosis di US setelah hepatitis C.
Parenkim hepar yang rusak karena alkohol menyebabkan fibrosis yang progresif, akhirnya membuat nodul-nodul pada hepar.
Hal ini juga meningkatkan resistensi aliran darah porta, menyebabkan hipertensi porta, yang mana bisa menyebabkan splenomegali, asites transudat, dan varises.
Berikut CT scannya.
merah: asites transudat; putih: nodul; hijau: varises esofageal; kuning: splenomegali


Tempat-tempat umum untuk varises sirotik adalah esofagus, rektum, daerah perut, dan dinding perut.
Karena ukuran varises membesar, otomatis resiko ruptur dan hemorage meningkat pesat.
Pasien yang varises esofagealnya sudah mengalami perdarahan, 70% kemungkinan akan terjadi perdarahan lagi, dan biasanya 1/3-nya berakibat fatal.
Angka kematian perdarahan variseal akut, terkait dengan tindakan operasi, juga tinggi.
Gambar di bawah ini memperlihatkan varises esofageal prominen dari endoskopi atas dengan beberapa area memperlihatkan hemorage aktif (yang ditunjuk panah).


Mallory-Weiss tears adalah laserasi longitudinal pada mukosa pada gastreoesophageal junction atau gastric cardia yang terbentuk karena peningkatan tekanan intra gastrik yang mendadak.
Biasanya pasien mengalami muntah terus-menerus setelah pesta minum alkohol yang kemudian hematemesis (muntah darah).
Walaupun beberapa pasien dapat ditangani, namun pada 10% pasien dapat terjadi syok dan instabilitas hemodinamik.
Endoskopi dapat mengindentifikasi defek mukosa, terutama jika ada perdarahan aktif (gambar), dan pengobatan dapat langsung diberikan.
Pada beberapa kasus, tindakan operasi atau angioterapi dibutuhkan untuk menghentikan perdarahan.


Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma/ HCC) adalah salah satu penyebab utama kematian terkait kanker di dunia.
Umur pasien setelah terdiagnosis kira-kira 6-20 bulan.
Sekitar 30% dari HCC dikarenakan meminum alkohol berlebihan.
Pasien yang telah 10 tahun alkoholik kronis memiliki resiko HCC 5x lipat lebih besar.
HCC biasanya membutuhkan waktu beberapa tahun setelah inisiasi awal, namun ketika ditemukan, sudah terjadi multifokal ada 75% hepar.
CT scan ini menunjukkan multifokal HCC yan lebar (yang ditunjuk) pada pria berumur 80 tahun.
Terapi kuratif dapat dilakukan, tapi jarang dan hanya <5% yang berhasil.
Sayangnya, tidak ada screening yang consistently effective dan cost-efficient.


Pemakaian alkohol adalah salah satu penyebab utama kanker esofagus di US, seperti halnya tembakau.
Pasien yang meminum etanol lebih dari 30 gram sehari memiliki rasio resiko terkena karsinome sel skuamosa 4,61 dibandingkan dengan yang tidak; dan tidak ada peningkatan resiko adenokarsinoma.
Gejala yang sering terlihat adalah disfagia (sulit menelan) makanan padat, lalu berlanjut ke cairan.
Endoskopi dapat dilakukan untuk melihat secara langsung dan untuk biopsi.
Terapi kuratif terbaik saat ini adalah tindakan operasi eksisi (direct surgical excision).
Terapi non-operatif untuk disfagia yang ringan.
25% penderita kanker esofagus dapat bertahan 5 tahun.
Untuk stadium akhir, hanya <5% yang dapat bertahan selama 5 tahun.


Stroke adalah penyebab kematian ketiga di US dan penyebab utama kelumpuhan.
Walaupun pemakaian alkohol ringan hingga sedang berhubungan dengan penurunan resiko stroke, tetapi pemakaian alkohol berat signifikan meningkatkan resiko baik stroke iskemik maupun hemoragik.
Peningkatan ini bisa terjadi karena penyalahgunaan alkohol sehingga menyebabkan trauma kepala.
Tetapi alkohol juga mempunyai efek antikoagulan.
Meskipun efek ini berfungsi protektif pada jumlah sedikit, hal ini juga memungkinkan peningkatan resiko untuk stroke hemoragik.
CT scan menunjukkan stoke hemoragik yang lebar dengan pergerseran garis medial.


Penyalahgunaan alkohol merupakan penyebab tersering kedua dari pankreatitis akut.
Cedera pada sel asinar pankreas menyebabkan inflamasi, mengarah kepada cedera heboh pada pankreas.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan Cullen sign (perubahan warna pada periumbilical karena hemoperitoneum, lihat gambar) dan Grey-Turner sign (perubahan warna pada panggul karena hemorage peritoneal).
Komplikasi paling gawatnya adalah nekrosis pankreas, pseudokista, dan infeksi saat pengambilan cairan inflamasi.


Pada pankreatitis kronis, cedera pankreas yang progresif dapat mengarah ke cedera baik fungsi eksokrin maupun endokrin.
70% kasus pankreatitis kronis berhubungan dengan alkoholik.
Manifestasi umumnya adalah pankreatitis kronis yang mengalami pengapuran, dikarenakan pengendapan protein-protein pada duktus pankreas membuat sumbatan kapur.
Baik pankreatitis akut maupun kronis tidak dapat dikaitkan dengan peningkatan enzim pankreas.
CT scan menunjukkan pengapuran luas pankreas dan pseudokista pankreas besar.
merah: pengapuran pankreas; hitam: pseudokista pankreas besar
Pseudokista adalah komplikasi yang sering terjadi dan dapat mengarah ke obstruksi intestinal, abses, pseudoaneurisme, atau fistula.
30% pasien pankreatitis kronis meninggal dalam kurun waktu 10 tahun.


Kanker pankreas.
Setengah dari pasien kanker pankreas memiliki penyakit signifikan sejak deteksi awal.
Inflamasi kronis adalah faktor predisposisi terbesar.
Pasien dengan pankreatitis kronis dari penyalahgunaan alkohol memiliki insidensi tinggi dan usia yang lebih muda untuk memunculkan kanker pankreas.
Biasanya memiliki gejala sakit kuning tanpa nyeri karena massa kepala pankreas.
Gambar ini adalah gambar patologi anatomi dari adenokarsinoma yang diambil dari badan hingga ekor.
Tindakan bedah eksisi adalah terapi yang paling baik, tapi sering terjadi rekurensi (tumbuh lagi).
24% pasien dapat bertahan 1 tahun.
Hanya 5% pasien yang dapat bertahan 5 tahun.


Alkohol juga menyebabkan berbagai perubahan patologis pada jantung.
Contohnya adalah gagal jantung karena kardiomiopati berdilatasi.
Kardiomiopati berdilatasi adalah proses irreversibel (tidak dapat kembali) dimana ketebalan dinding ventrikelnya normal, tapi ruang ventrikelnya membesar, sehingga menyebabkan dinding ventrikel menipis.
Pasien biasanya berlanjut ke disfungsi sistolik, dan ini merupakan resiko aritmia, tromboembolisme, dan sudden death (kematian mendadak).
Holiday heart syndrome adalah perkembangan dari gangguan rime setelah penggunaan alkohol pada pasien tanpa penyakit jantung struktural.
Atrial fibrilasi adalah gangguan yang umum.


Brugada syndrome adalah cardiac channelopathy yang membuat pasien memiliki resiko sudden death.
EKG menunjukkan right bundle branch block (RBBB) inkomplit dengan 1 dari 3 pola menunjukkan ST elevasi pada anterior precordial leads.
Brugada syndrome adalah penyakit genetik dengan autosomal dominan turunan.
Alkohol diketahui dapat memperburuk keadaan.
Pasien dapat berkembang ke takiaritmia ventrikular, ke sinkope, cardiac arrest, atau sudden cardiac death.
Brugada syndrome dimungkinkan terkait dengan 20% dari sudden death pada pasien dengan struktur jantung normal.


Penyalahgunaan alkohol kronik dapat menurunkan sistem imun.
Kemampuan kemotaktik netrofil terganggu, menyebabkan respon jelek ketika terjadi cedera maupun infeksi.
Otopsi pada gambar di bawah ini menunjukkan otak dari alkoholik yang mati karena meningitis pneumokokus.
Walaupun banyak pakar yang percaya bahwa alkohol dalam jumlah sedikit berefek imunoprotektif, namun pada jumlah yang lebih dipastikan berefek merusak.


Fetal Alcohol Syndrome (FAS) disebabkan karena ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol selama kehamilan, terutama pada trimester pertama.
Alkohol dapat masuk ke dalam darah janin dengan leluasa.
Insiden di US adalah 1-2 kasus per 1000 kelahiran.
Diagnosis ditegakkan dengan melihat anomali wajah, hambatan tumbuh kembang, dan sistem saraf pusat.
Sistem saraf pusat meliputi kelemahan kognitif, tidak mampu belajar, dan kebiasaan abnormal.
Abnormal kraniofasial meliputi piltrum halus, bibir atas tipis, fisura palpebra pendek, dan ptosis walaupun jarang.
FAS terkait dengan retardasi mental dan kejang.
Biaya yang dibutuhkan untuk 1 anak FAS diperkirakan sekitar $2 juta selama hidupnya.


Source from Medscape.

*sedikit komentar: Ini tulisan yang agak baku. Mungkin sedikit ketlusupan bahasa-bahasa aneh, maklumlah.

-Dev

No comments:

Post a Comment

We love to read comments ^^ feel free to comment here